bismillaah
alhamdulillah, semoga adik2 pelajar dan pembaca dirahmati Allah, Baarakallaah fiikum
saya cukup kaget saat (baru saja) membaca surat terbuka untuk bapak menteri pendidikan dari seorang pelajar yang berisi nasihat juga kebenaran serta curahan hati. Sejujurnya, saya sangat bangga pada adik saya satu ini (adik yang saya maksud adalah (dikarenakan) posisi saya sebagai mantan pelajar), dia berani mengungkapkan dunia, meskipun ia hanya minoritas, dan dia berani jujur serta beramar ma’ruf meskipun yang diangap benar adalah suatu yang banyak dilakukan oleh manusia.
Tapi, dibalik rasa bangga ini, saya merasa sedih atas cara penyampaian nasihat ini. Ilmu sangat dibutuhkan dalam mengerjakan soal ujian, begitu juga dalam beramar ma’ruf atau menyampaikan nasihat. Sebagai seorang muslim, sudah selayaknya mentauladani akhlak Rasulullah. Termasuk di dalamnya amar ma’ruf bi ma’ruf, menyampaikan kebaikan dengan kebaikan (cara yang baik), bukan dengan kejahilan (cara yang jahil/bodoh), bukan juga menyampaikan dengan rasa marah, jengkel, maupun nafsu yang bergejolak.
Dalam penyampaian nasihat kepada pemerintah yang berkuasa, ada beberapa hal yang harus diperhatikan (hal ini juga berlaku ke selain pemerintah)
1. Sampaikan dengan cara yang baik
Apakah kamu berpendapat “bagaimana saya menyampaikan dengan cara yang baik, sedangkan seorang/pihak yang saya berikan nasihat ini adalah seorang yang tidak berkelakuan baik?” Pendapat ini jelas merusak diri kita. Sebagai seorang muslim juga manusia yang diberikan pikiran dan hati, harusnya kita bisa memilih “lebih baik menggunakan cara yang baik atau lebih baik menggunakan cara yang buruk” dan juga pilihan “lebih baik berteguh pada syariat atau lebih baik berteguh pada nafsu” insya Allah dengan cara yang baik (karena yang baik ini berupa syariat), pemerintah akan dengan mudah menerima nasihat kita juga mendengar curahan hati kita. Maka hindarilah cara-cara jahil seperti melakukan demo dan sejenisnya, karna hal ini tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullaah dan juga para sahabat Rasul, dan juga cara ini (berdemo dan sejenisnya) dapat mendatangkan rasa tidak suka dan marah dari pemerintah serta mendatangkan perpecahan antara masyarakat dan pemerintah. Baarakallaah fiikum
2. Sampaikan secara tertutup
Seorang muslim dalam menyampaikan nasihat yang bersifat pribadi, maka diusahakan untuk menyampaikannya secara tertutup. (Tidak diketahui orang lain) Karena jika penyampaian nasihat ini dilakukan secara terbuka, khawatir akan menyebarkan aib orang dan pihak bersangkutan. Tentunya sebagai manusia (normal), tidak seorang pun yang menginginkan aibnya tersebar, dan dengan penyebaran aib ini akan terjadi mudharat yang besar seperti rasa marah dan perpecahan. Dan Juga saya sangat kecewa kepada media-media penyebar aib yang bukan pada tempatnya. Nasihat dari saya Rahasiakanlah aib saudaramu, insya Allah, Allah akan merahasiakan aibmu. Semoga Allah merahasiakan aib kita, baarakallaah fiikum
3. Konsultasi / meminta nasihat kepada orang yang lebih berilmu
Sudah kewajiban bagi seorang muslim untuk mencari ilmu, maka dalam hal ini dibutuhkan nasihat, agar kita (pencari ilmu) tidak menjadi seorang yang sesat, waudzubillah. Begitu juga dalam menyampaikan nasihat, ilmu sangat dibutuhkan. Karena itu butuh menimba ilmu dan juga nasihat dari guru, ustadz atau orang-orang yang lebih berilmu. Terlebih lagi jika yang diberi nasihat adalah pemerintah. Jangan sampai kita menyampaikan kebenaran dalam nasihat tapi dengan cara yang tidak benar. Juga janganlah kita menyampaikan suatu yang bukan pada haq walaupun dengan cara yang benar. Semoga Allah menjaga kita dari perpecahan dan meneguhkan kita pada ahlus sunnah. Baarakallaah fiikum.
4. Meneguhkan diri pada Syariat
“Bagaimana syariat bisa menyelesaikan permasalahan kita sehari-hari?” Hindarilah pertanyaan ini, sebab kebanyakan orang yang menanyakan pertanyaan ini adalah orang-orang yang jahil (bodoh) atau orang-orang yang ingkar serta sombong terhadap Allah. Ingatlah, bukan murni karena usaha kita, permasalahan terselesaikan. Tapi semua itu karena ketetapan Allah. Oleh karena itu, dengan dalih apakah kita tidak berteguh pada syariat islam? Dengan dalih apa kita ingkar dan sombong terhadap Allah? Allahu musta’an
Kesimpulan
Menyampaikan nasihat bukan hanya sekedar bertemu dan berbicara. Juga bukan sekedar menulis dan mengirimnya. Tapi kita harus memikirkan bagaimana dampak nasihat kita dan apakah isi nasihat juga cara penyampaiannya akan diridhoi Allah.
Terkait masalah UAN, maka saya pribadi berpendapat, UAN tidak bisa dijadikan standar kelulusan seorang pelajar. Maka untuk teman-teman, adik-adik yang bersependapat dengan saya, jangan jadikan pendapat ini sebagai sarana untuk melepaskan nafsu kita dan bertindak seolah nafsu lebih tinggi kedudukannya dibanding syariat. Sampaikanlah nasihat kepada pemerintah dengan cara yang baik. Dan tentunya kami menunggu solusi dan ide-ide brilian terkait pendidikan(pengajaran) dari kalian terutama para pelajar seIndonesia. Waspadailah pemikiran khawarij. Baarakallaah fiikum
0 komentar:
Posting Komentar